Saat ini tercatat ada 11 stasiun televisi di Indonesia plus puluhan televisi lokal. Tiap hari pemirsa televisi di Indonesia dijejali dengan aneka program acara. Masing-masing stasiun bersaing untuk menarik perhatian pemirsa televisi. Di tengah banyaknya sajian acara di televisi ini, yang belum banyak dilakukan adalah menanyakan kepada pemirsa bagaimana penilaian mereka atas acara-cara tersebut. Apakah acara-acara yang disajikan oleh televisi itu baik bagi mereka, apakah ramah bagi anak-anak, apakah menambah informasi dan meningkatkan daya kritis mereka, dan sebagainya.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan akhir tersebut, Yayasan SET, Yayasan TIFA, The Habibie Center, IJTI, dan LSPR mengadakan riset Rating Publik di 11 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Denpasar, Batam, Pontianak, dan Palembang, dengan 220 responden. Dari jumlah ini sebanyak 191 kuisioner kembali dan dianalisis. Proses wawancara lapangan berlangsung Maret-April 2008. Riset ini dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri dari Agus Sudibyo (Project Director), Eriyanto (Peneliti Utama), serta Aunul Huda dan Bejo Untung (Asisten Peneliti).
Hasil riset menunjukkan, 51,8% responden menilai jumlah tayangan untuk anak kurang banyak, bahkan 32,5% responden menilai jumlahnya sangat sedikit. Dari aspek kualitas, 46,1% responden menilai program anak-anak di TV saat ini berkualitas buruk.
Secara umum, 51,8% responden menilai kualitas program acara TV biasa saja, 27,2% menilai sudah baik, sedang 24,6% menilai buruk. Dilihat dari aspek memberikan model perilaku yang baik, TV kita masih berkualitas buruk. Hanya 10,5% responden yang menilai program-program TV selama ini sudah memberi model perilaku yang baik. Sementara 58,6% menilainya buruk.
Pada tayangan hiburan, prosentase responden yang menilai buruk lebih besar, 68,6%. Sebagian besar responden menilai tayangan hiburan TV gagal menyajikan adegan tanpa kekerasan (59,2%), tanpa pornografi (51,8%), dan tema yang relevan dengan kenyataan di masyarakat (70,7%). Mereka menilai hiburan di TV tidak ramah kepada anak-anak (80,1%).
Sila hubungi lembaga penyelenggara riset untuk mengetahui hasil riset Rating Publik selengkapnya.[]
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan akhir tersebut, Yayasan SET, Yayasan TIFA, The Habibie Center, IJTI, dan LSPR mengadakan riset Rating Publik di 11 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Denpasar, Batam, Pontianak, dan Palembang, dengan 220 responden. Dari jumlah ini sebanyak 191 kuisioner kembali dan dianalisis. Proses wawancara lapangan berlangsung Maret-April 2008. Riset ini dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri dari Agus Sudibyo (Project Director), Eriyanto (Peneliti Utama), serta Aunul Huda dan Bejo Untung (Asisten Peneliti).
Hasil riset menunjukkan, 51,8% responden menilai jumlah tayangan untuk anak kurang banyak, bahkan 32,5% responden menilai jumlahnya sangat sedikit. Dari aspek kualitas, 46,1% responden menilai program anak-anak di TV saat ini berkualitas buruk.
Secara umum, 51,8% responden menilai kualitas program acara TV biasa saja, 27,2% menilai sudah baik, sedang 24,6% menilai buruk. Dilihat dari aspek memberikan model perilaku yang baik, TV kita masih berkualitas buruk. Hanya 10,5% responden yang menilai program-program TV selama ini sudah memberi model perilaku yang baik. Sementara 58,6% menilainya buruk.
Pada tayangan hiburan, prosentase responden yang menilai buruk lebih besar, 68,6%. Sebagian besar responden menilai tayangan hiburan TV gagal menyajikan adegan tanpa kekerasan (59,2%), tanpa pornografi (51,8%), dan tema yang relevan dengan kenyataan di masyarakat (70,7%). Mereka menilai hiburan di TV tidak ramah kepada anak-anak (80,1%).
Sila hubungi lembaga penyelenggara riset untuk mengetahui hasil riset Rating Publik selengkapnya.[]
No comments:
Post a Comment